Ketika Melepaskan harus berdampingan dengan Mengikhlaskan
Terkadang manusia itu mempunyai
Ego yang tinggi ingin memiliki semua tanpa ada yang kurang satu pun. Tanpa ia
sadar bahwa apa yang telah ia miliki
semua hanyalah titipan dari Sang Pencipta.
Tak sedikit kita mendengar
segelincir berita- berita tentang beberapa orang kaya raya terlilit banyak
hutang oleh Bank hingga semua harta yang ia miliki harus disita oleh Bank.
Walapun dalam benak mereka tak rela tapi mau tidak mau semua barang-barang
brand yang mereka miliki pun harus bisa membayarnya.
Adapun seseorang yang
bertahun-tahun pacaran tapi tak kunjung menikah malahan salah satunya menikah
dengan orang lain. Sakit sudah pasti bertahun-tahun pacaran sudah pasti banyak
yang dilewati Melepaskan dan mengikhlaskan orang pernah berarti dalam hidupnya.
Kasus-kasus yang di atas sudah sangat sering
kita dengar. Tiba-tiba jadi inget Salah satu hadist Imam Syafi “JIka
hatimu terlalu berharap kepada seseorang , maka Allah timpakan ke atas kamu
pedihnya sebuah penhgarapan , supaya kamu mengetahui bahwa Alah sangat
mencemburui hati yang berharap selain Dia. Maka Allah menghalangimu dari
perkara tersebut agar kamu kembali berharap kepada-Nya”
Mengharapkan Bank bisa memenuhi
semua kebutuhan kita tanpa kita sadar bahwa Sang Pencipta sudah memberikan
segalanya.
Setengah mati mencintai pasanganya
sampai ia lebih menuruti kekasihnya dan bahkan melawan orang tuanya sampai lupa
bahwa Sang Pencipta lah yang berkuasa atas segalanya.
Itulah sebabnya terkadang
sesuatu yang kita genggam tidak selamanya ada dalam genggaman, perlahan-lahan
kita pun harus belajar untuk siap kehilangan dan mengikhlaskan. Mengikhlaskan
bahwa itu semua bukan milik kita.
Comments
Tulisannya memberikan pengetahuan dan membuka apa sebenarnya akar masalah kebanyakan orang. :D
thanks fikri untuk komem'y��